Saturday, August 11, 2012

Kota Pekalongan Merupakan Puncak Kelelahan Pemudik

Para pemudik dari Kota Jakarta dan kota-kota lain di wilayah Jabodetabek yang hendak mudik merayakan Idul Fitri 1433 Hijriah melalui jalur pantai utara (pantura) akan menjumpai "jalur tengkorak" di kawasan Alas Roban, Jawa Tengah.

Jalur tengkorak itu merupakan jalur rawan kecelakaan yang menjadi momok bagi setiap pengemudi.

Di Jawa Tengah, sebelum tiba di jalur tengkorak, biasanya pengemudi dari arah barat dalam kondisi lelah. Ini mengingat Kota Pekalongan disebut-sebut sebagai puncak kelelahan pengemudi, setelah mengarungi perjalanan lebih dari 400 km dari Jakarta.

Sementara itu, jalur-jalur alternatif yang biasa digunakan sebagai pilihan bagi pemudik Lebaran masih menyisakan beragam masalah. Kendala itu menyebabkan tingkat aksesibilitas pemudik untuk menggunakan jalur alternatif menjadi terbatas.

Kondisi riil di jalur-jalur alternatif itu di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Lampung, hingga Sumatera Selatan masih rawan kecelakaan karena kurangnya rambu lalu lintas.

Jalur pantura Pekalongan termasuk cukup bagus. Pemandangan itu kontras sekali dengan kondisi jalan di jalur Brebes-Tegal dan Tegal-Pemalang yang masih banyak dijumpai pekerjaan penyelesaian pengaspalan, saluran air, dan pembatas jalan (separator). Situasi lalu lintas di Pekalongan padat berjalan karena didominasi kendaraan berat dan angkutan umum.

Rawan macet terjadi di dekat perlintasan kereta api Jalan KH Mas Mansyur pukul 07.00-09.00 pagi dan 17.00-19.00 sore WIB, karena pada jam-jam itu merupakan jam sibuk pekerja pabrik masuk dan pulang kerja. Ribuan sepeda dan angkot biasanya memenuhi jalan-jalan di Pekalongan dan sekitarnya.

Selepas dari Pekalongan dan Batang, barulah pengemudi akan melewati jalur tengkorak. Kondisi membahayakan akan dijumpai di jalan raya Kecamatan Tulis hingga Kecamatan Subah, kemudian Limpung dan Grinsing. Di jalur itu banyak terdapat tikungan dan turunan tajam yang menjadi karakteristik jalan di jalur tersebut.

Karakteristik yang dimaksud selain harus melewati hutan jati, pemudik juga akan merasakan jalan raya yang lebar, mulus, dan berkelok-kelok. Banyak truk dan kendaraan berat beristirahat di sepanjang jalan itu.

Suasana yang sejuk dan jalan mulus membuat pengguna jalan terlena untuk menambah kecepatan. Jalur berbahaya sesungguhnya akan dijumpai di Grinsing. Di jalur itu ada tiga jalur yang bisa dilewati, yakni Jalan Poncowati (jalur lama), jalur lingkar selatan, dan jalur utara. Jalur lama biasanya banyak dilewati truk gandeng dan bus. Jalur selatan juga dilewati truk besar, sedangkan jalur utara atau jalan Daendels dilalui kendaraan pribadi dan roda dua.

Dari tiga jalur itu, kondisi jalur lingkar selatan paling parah mengalami kerusakan. Jalur sepanjang 7 km banyak yang sudah ambles. Padahal jalan itu baru dibeton dua tahun terakhir. Selain itu, pada malam hari jalur tersebut gelap gulita.

Menurut data yang diperoleh dari kepolisian setempat, sejak Januari hingga April 2012, tak kurang 193 kecelakaan lalu lintas terjadi di ruas jalan itu, mengakibatkan 45 nyawa melayang, 3 terluka berat, dan 239 luka ringan. Bandingkan dengan periode yang sama pada 2011. Pada tahun lalu dua orang meninggal dunia, 24 luka berat, dan 267 luka ringan.

Perinciannya, pada Januari 2012 terjadi 54 kasus kecelakaan, Februari 46 kasus, Maret 55 kasus, dan April 38 kasus dengan total kerugian materi Rp 116.925.000. Sementara pada 2010, Januari ada 49, Februari 64, Maret 53, dan April 42 dengan kerugian materi hampir mencapai Rp 90 juta. Faktor dominan penyebab kecelakaan adalah kelalaian manusia, sebagian besar korbannya adalah pengendara sepeda motor.

Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono, menegaskan, jalur alternatif tidak dijadikan jalur utama pemudik. Jalur-jalur alternatif hanya digunakan pada saat ada lonjakan arus lalu lintas di jalur utama. Hal itu sama dengan perlakuan pemerintah terhadap jalur alternatif masa Lebaran tahun 2011.

Kendala yang paling umum ditemui adalah minimnya lampu penerangan di sepanjang jalur alternatif, sehingga praktis hanya aman untuk digunakan pada siang hari. Kemudian, lebar jalan yang sempit sehingga sangat rentan kecelakaan jika terjadi persinggungan. Ketika ada kendaraan jatuh atau mogok di jalan itu, kemacetan parah bisa terjadi.

Kendala seperti itu, antara lain, dapat ditemui di jalur Malangbong (Garut, Jawa Barat)-Wado, Sumedang-Pusat Kota Sumedang menuju Majalengka. Lalu di jalur Cijapati-Leles, Garut, dan jalur Leles-Limbangan serta rute selatan Cileunyi-Cijapati-Garut.

Kondisi serupa ditemui di jalur Sumatera, terutama di ruas Baturaja-Prabumulih, yang membahayakan jika dilewati malam hari, termasuk jalur selepas Palembang, di Kayuagung hingga Menggala. (Sadono Priyo/Yon Parjiyono) http://bit.ly/OZdDLl

9 out of 10 based on 10 ratings. 9 user reviews.

Kota Pekalongan Merupakan Puncak Kelelahan Pemudik Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Momons

0 komentar:

Post a Comment