Bagi masyarakat Pekalongan, Jawa Tengah, merayakan Hari Raya Idul Fitri rasanya belum lengkap jika tidak
mengunjungi tradisi Syawalan atau Perayaan Sepekan setelah Hari Raya Idul Fitri yang digelar di desa Krapyak
Kidul. Perayaan Syawalan ini juga sering disebut dengan istilah Krapyakan karena kegiatannya dipusatkan
dikelurahan Krapyak Kidul. Warga setempat memeriahkan Syawalan dengan menerbangkan balon Plastik
raksasa pada siang harinya.
Perayaan Syawalan yang rutin diselenggarakan tiap tahun ini selalu dipadati Ribuan Pengunjung dari berbagai
daerah. Para Pengunjung sudah berdatangan sejak pagi hari untuk saling bersilaturahmi.
Yang Khas pada acara syawalan ini yakni adanya kue lopis raksasa seberat 535 kilogram dengan tinggi 170
centimeter dan berdiameter 203 centimeter. Puncak acara Syawalan ditandai dengan pemotongan lopis oleh
Muspida dan Tokoh Masyarakat Pekalongan. Setelah diberi doa oleh seorang ulama setempat lopis raksasa
tersebut lansung menjadi rebutan ribuan warga. Warga percaya jika bisa mendapatkan potongan lopis serta
menyantapnya akan mendapatkan berkah dan didekatkan jodohnya.
Meski saling dorong antar sesama warga untuk berebut mendapatkan potongan kue lopis Raksasa tersebut
namun tidak menyurutkan niat warga untuk ikut memeriahkan acara tersebut. tak sedikit kaum ibu dan remaja
putri yang ikut memperebutkan kue lopis raksasa ini yang akhirnya berjatuhan ketanah dan saling tindih. “ini
merupakan tradisi leluhur kami yang harus kami pertahankan dan lestarikan”. disamping itu kami percaya dan
yakin jika berhasil mendapatkan potongan lopis ini akan cepat mendapatkan jodoh dan berkah, ujar Dede Loui,
salah seorang pengunjung asal kota tegal kepada LICOM.
Sementara, H Zaenudin, seorang tokoh masyarakat atau ulama setempat mengatakan kepada LICOM
Minggu (26/08/2012), tradisi Syawalan ini sudah ada sejak tahun 1950. Tradisi ini digagas oleh para ulama
dengan maksud untuk syiar Iislam dan mempererat tali silahturahmi antar warga. Ukuran lupis dari tahun ketahun selalu bertambah besar. “Lupis yang terbuat dari beras ketan ini bermakna sebagai perekat persatuan dan kesatuan antar umat Islam. Sedangkan, tali tambang yang melilitnya sebagai simbol hubungan manusia dengan Tuhannya,” paparnya.
Lupis raskasa ini menghabiskan 2,5 kwintal beras ketan dan 270 lembar daun pisang. Ketan direbus dengan
Dandang Raksasa selama 3 hari 3 malam. Pembuatan Lopis ini menelan biaya sebesar Rp. 8 juta yang dihimpun
dari warga sekitar
0 komentar:
Post a Comment